The Best Fluffy Pancakes recipe you will fall in love with. Full of tips and tricks to help you make the best pancakes.

Looking at 2024 Retrospectively

Satu tahun terasa begitu lama, namun juga berlalu begitu cepat. Banyak hal yang terjadi di 2024—begitu banyak cerita yang terlewati. I remember trying so hard, running towards my goals. And that wasn’t easy. I know.

Mungkin sudah terlalu terlambat untuk menulis 2024 wrap—ini sudah akhir Januari. Tapi tak apa, karena aku menulis ini untuk menghibur diriku sendiri.

Di penghujung Desember lalu, seseorang berkata padaku, “Kau sudah bekerja selama beberapa tahun, tapi apa yang sudah kau hasilkan?”  Hanya satu kalimat sederhana, tapi rasanya seperti garam yang ditaburkan di atas luka.

Maka dari itu, aku menulis ini sebagai pengingat bahwa, meskipun tidak spektakuler, aku berhasil melewati setahun belakangan dengan usaha-usaha kecil yang tetap berarti bagiku.

Bertahan hidup saja sudah merupakan pencapaian luar biasa, bukan?

WAS I, BACKBURNER?

Hal yang paling kuingat waktu itu, aku menunggu seseorang menunjukkan usaha lebih dari sekadar kata “aku suka kau”. Orang ini membuatku bingung, “Apa mungkin aku gak ngasih kode yang jelas sehingga dia jadi ragu?”, pikirku.

Nyatanya, bingung itu sendiri juga seharusnya adalah sebuah jawaban. I better stop waiting.

Dan seolah semesta menjawab, pertengahan tahun lalu, di hari yang sama setelah aku berdisukusi lagi pada Tuhan tentangnya, dia berkata bahwa dia menyukai orang lain. Damn, I was his backburner all this time. Aku ingat sekali waktu itu aku menangis di tukang sate setelah membaca pesannya malam itu. Kocak.

Aku ingat, sisa tahun itu kuhabiskan untuk berdamai dengan perasaan patah hati, ditemani playlist galauku—Backburner, Foolish One, Death by a Thousand Cuts, serta sederet lagu Juicy Lucy —sebagai soundtrack untuk meromantisi kesedihanku. Patah hati bukan hal yang luar biasa, tapi bagi perempuan yang tumbuh dengan ‘kekurangan peran ayah’ agaknya butuh waktu lebih lama untuk pulih.

“Don’t wait anything without any confirmation.”

– Emmy

Setidaknya aku belajar dua hal dari kejadian ini : (i) Untuk bisa berelasi yang sehat dengan orang lain, aku harus lebih dulu punya relasi yang sehat dengan diri sendiri, dan (ii) bahwa hubungan yang tak dikomunikasikan memang tak akan pernah berhasil. Ya, kalau nanti ada orang lain yang datang lagi, aku akan lebih asertif—aku akan bertanya sejak awal, “Sebenarnya, maksudmu apa dan arahnya akan kemana?”

BEST STUDENT OF FULL-STACK DIGITAL MARKETING BELAJAR LAGI BOOTCAMP COHORT 16

Mungkin benar kata orang, kalau tidak disibukkan dengan ilmu, perempuan akan dibuat lelah dengan perasaannya. That’s why aku ikut Bootcamp Full-Stack Digital Marketing Belajar Lagi.

Alasannya bukan semata-mata buat move on sih, tapi karena aku juga merasa perlu upgrade skill biar suatu hari bisa punya gaji dua digit, bisa kerja remote dibayar dollar sambil slow-living di Bali atau nomad ke negara-negara Eropa. Atau at least jadi PNS (Pegawai Nurhayati Subakat) juga boleh lah. Paragon please hire me!!!

Selama masih ada umur, maka selalu ada kesempatan untuk belajar lagi.

– Kak Che, Belajar Lagi.

Bisa berkecimpung di dunia kreatif dan digital sudah lama jadi hal yang aku idam-idamkan.

Karena tempat kerjaku waktu itu tidak terlalu fokus pada kreatifitas, aku merasa perlu improve diri untuk bisa diterima di tempat lain. Karena aku anaknya ‘riset’ banget, menurut aku untuk menghasilkan kreatifitas butuh effort lebih keras. Sempat mempertanyakan ‘kelayakan’ diri cukup lama karena beberapa kali ditolak kerja di tempat-tempat yang aku kira aku bisa. Sampai akhirnya aku disarankan untuk coba ikut bootcamp Full-Stack Digital Marketing Belajar Lagi.

Ikut FSDM adalah hal yang paling aku syukuri dan sangat aku nikmati. Di FSDM, untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun, aku bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang. Merasakan environment belajar yang menyenangkan. Ilmu baru dan tanggung jawab baru. Aku ingat aku berusaha mati-matian menyelesaikan semua tugas yang datang bertubi-tubi selama delapan minggu. lol. Aku berasa keren. Berkutat dengan deadline yang padat. Meeting dan pitching hampir setiap hari. Dan yang paling aku suka adalah aku belajar memimpin sebuah tim.

Rasanya kayak nostalgia ke masa-masa kampus waktu jadi tim syiar di kampus dulu.

 

UPGRADE SKILL SEO – BELAJAR LAGI

Akhir tahun, aku ikut bootcamp SEO di Belajar Lagi. Bukan karena kepikiran mau berkarir di bidang SEO sebenarnya. Melainkan karena aku suka nulis dan rasanya bakal enak aja kayaknya kalau punya ilmu technical terkait per-website-an. Tapi walaupun tiba-tiba ada yang mau nawarin kerjaan jadi SEO specialist ya aku gak nolak. lol.

Alasan lainnya juga adalah karena aku suka banget sama environment dan experience di Belajar Lagi. Masih gamon sama FSDM Cohort-16 ceritanya. Beberapa orang menganggap aku buang-buang duit. Mending duitnya ditabung katanya. Well, aku juga menabung kok. Untuk hal ini, aku menganggapnya sebagai sebuah investasi. Salah satu hal penting untuk menghibur diri selain travelling ya upgrade diri, terutama dalam hal skill.

Bootcamp inilah yang jadi alasan aku migrasi ke WP. Semoga aku bisa makin rajin nulis, karena biaya hosting tidak murah.

Waktu ikut bootcamp SEO ini, rasanya beneran tergopoh-gopoh saking hectic-nya. Karena tiba-tiba jadi banyak deadline kantor dan bootcamp yang harus aku kerjakan. Belum lagi harus hadir di kelas tiap jam 19.00 WIB. Meskipun sibuk dan banyak menyita waktu tidur, momen ikut bootcamp adalah hal yang sangat aku rindukan. Sepertinya aku memang sesuka itu sama belajar.

 

BERLARI LAGI, BACA LAGI, JOURNALING LAGI, BELAJAR LAGI

Seperti kalimat pembuka artikel ini diatas, aku sempat down karena merasa melewati satu tahun tanpa achievement berarti. Aku menghabiskan satu bulan pertama tahun ini untuk berkontemplasi dan melihat kembali segala yang sudah kulewati tahun lalu.

Butuh waktu yang lumayan lama untuk aku akhirnya berdamai dengan diriku sendiri. Meskipun pencapaianku tidak semegah teman-temanku yang lain, aku bersyukur akan banyak hal yang aku lewati tahun lalu.

Tahun lalu aku dipertemukan dengan banyak orang dari latar belakang berbeda. Punya circle yang suportif yang selalu support dan leluasa bercerita tentang mental health. Aku mungkin kehilangan dia yang pernah sangat aku harapkan, tapi alhamdulillahnya, tergantikan dengan hal-hal ajaib yang gak pernah aku duga sebelumny

Rajin lari sore di GOR belakang kantor. Mulai kembali membaca buku-buku yang pernah kubeli namun kubiarkan berdebu di sudut kamar. Journaling demi bisa mandiri secara emosional dan gak melulu mengeluh ke orang lain. Dan kembali terkoneksi dengan teman-teman lamaku.

Bagiku, 2024, bukan tahun yang mudah. It was full of silent battles against my own self. 2024 adalah tahun dimana aku belajar untuk lebih mengenal dan mencintai diriku sendiri. Special thanks untuk orang-orang yang selalu nemenin aku di masa-masa tergelap, lol.

Pencapaian ternyata bukan hanya soal materi. Bisa melewati satu tahun dengan penuh kesadaran, bagiku sudah luar biasa. Masih ada banyak pencapaian-pencapaian kecil lainnya yang ingin aku tulis. Tapi mungkin di part 2 aja.

JANUARI WAS GREAT! ALHAMDULILLAH!

 

2 Comments

  1. You’re so embraced girl. Never stop doing the best in your life. Believe that Allah will give you the best in last, and keep strong yaaa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *