The Best Fluffy Pancakes recipe you will fall in love with. Full of tips and tricks to help you make the best pancakes.

5 Hal yang Aku Pelajari di Usia Dua Lima

Di setiap titik dalam hidup, pasti ada pelajaran yang bisa kita petik. Usia dua lima bukan hanya sekedar angka dua dan lima. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, di usia ini segala hal jadi terasa ‘lebih serius’.

5 Hal yang Aku Pelajari di Usia Dua Lima

Aku gak pernah menyangka aku akan mempertanyakan semua hal dalam hidup aku dititik ini. Sebagian temanku ada yang sudah menikah, ada yang anaknya sudah dua, ada yang melanjutkan S2 dan banyak juga yang akhirnya memutuskan bekerja di Australia. Sedangkan aku, dititik ini, merasa stagnan dengan karirku yang tampaknya tidak ada kemajuan. Boro-boro mau ambil S2, membaca dua baris kalimat aja aku langsung tidur pulas. Ditambah lagi orang-orang jadi sering melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang bikin sakit kepala seperti ‘pacarnya mana?’ dan ‘kapan nikah?’

Di usia ini aku merasa seperti berada dipersimpangan jalan. Bingung memilih apakah harus berjalan terus, berbelok kekanan, atau mungkin ke kiri. Hari-hari yang biasanya dilalui dengan mudah, di usia ini rasanya hidup jadi lebih berat dari biasanya. Lingkungan seakan-akan menuntut kita untuk punya gambaran yang jelas akan arah hidup kita mau kemana. Sedangkan aku sendiri masih sering merasa belum yakin dengan langkah apa yang selanjutnya akan aku ambil.

Meskipun terkadang aku menyesali banyak hal yang terlambat kusadari sebelum usiaku dua lima, aku tidak menyesal dengan keputusan-keputusan yang aku ambil sampai saat ini. Hidup adalah tentang belajar. Berikut ini 5 hal yang aku pelajari di usia dua lima : 

1. Jadi expert di satu bidang tertentu

5 Hal yang Aku Pelajari di Usia Dua Lima

Sebagai generalis, aku banyak sekali mempelajari hal-hal baru tapi sekedarnya alias tidak mendalami. Terkadang sedikit mengetahui bidang-bidang tertentu bisa membantu dikehidupan sehari-hari, tapi jadinya aku malah bingung menentukan arah mau kemana, terutama dalam hal karir profesional.

Aku merasa aku bisa nulis, tapi gak cukup dalam untuk bisa jadi penulis. Aku bisa masak, tapi gak cukup ahli untuk bisa buka restoran sendiri. Aku suka fotografi tapi gak cukup ahli untuk bisa buka jasa fotografer. Hal-hal yang kayak gini buat aku akhirnya bingung menentukan arah karir aku mau kemana. 

Di usia ini aku sadar, menguasai banyak skill itu bagus. Tapi usahakan untuk jadi spesialis dalam satu bidang tertentu. Karena ketika kita benar-benar ahli dalam satu bidang tertentu, kita akan otomatis merasakan peningkatan kepercayaan diri dan kepuasan yang mendalam dalam hal pencapaian pribadi dan profesional.

2. Mengelola Waktu, Energi, dan Emosi

5 Hal yang Aku Pelajari di Usia Dua Lima

Semakin bertambah usia, fokus kita jadi semakin sempit. Kita gak bisa memikirkan dan mengurus segala halnya sekaligus. Perlu ada hal-hal yang diprioritaskan dan banyak hal yang akhirnya harus ditinggalkan.

Di usia ini, aku sadar bahwa waktu kita terbatas. Untuk itu, perlu menghargai waktu dengan mengidentifikasi prioritas dan menghindari jebakan prokrastinasi. Setiap kali kita menunda mengerjakan suatu hal, sama artinya kayak kita menunda terwujudnya impian kita.

Selain waktu, mengelola energi dan emosi juga penting. Apalagi bagi perempuan. kadang kalau udah badmood, kerjaan bisa tertunda dan malah gak terkerjakan sama sekali. Pekerjaan yang tertunda itu akhirnya numpuk dan sering kali buat aku jadi burn out sendiri. Jadi, punya kemampuan mangelola energi dan emosi dalam hidup itu juga sama pentingnya. Karena akan lebih mudah bagi kita memanajemen waktu yang kita miliki ketika kita mampu mengelola energi dan emosi kita sendiri

3. Jangan lupa kalau kita cuma hamba

5 Hal yang Aku Pelajari di Usia Dua Lima

Tahun lalu, aku mencoba banyak hal. Tapi dari semua hal yang kuusahakan, tidak ada satupun yang berhasil. Saat itu rasanya ingin marah. Aku tidak pernah merasa segagal itu dalam hidup. Aku sampai benci diri sendiri karena segala hal sepertinya tidak pernah berjalan baik.

Tapi akhirnya aku sadar kalau segala hal yang terjadi sudah ada yang mengatur. Kita cuma hamba. Mau sekeras apapun berusaha kalau sesuatu itu tidak ditakdirkan untuk kita, maka menangis darah pun, kita tetap gak akan bisa dapatin hal itu.

Di usia 25, saya menyadari bahwa kita hanya manusia biasa. Tugas kita cuma berusaha. Soal hasil bukan urusan kita. Yang bisa kita lakukan adalah melatih diri untuk bersyukur dan menerima apa-apa yang sudah ditakdirkan Tuhan untuk kita.

4. Belajar untuk letting go

5 Hal yang Aku Pelajari di Usia Dua Lima


Mengikhlaskan sesuatu yang rasanya lekat dengan kita itu gak mudah. Terlebih sesuatu itu memiliki banyak kenangan manis di hidup kita. Ntah itu benda, relasi, lingkungan, atau pun kebiasaan-kebiasaan yang akhirnya kita sadari tidak lagi memberikan kebermanfaatan bagi hidup kita kedepannya. Mungkin semua hal itu memberikan kita kesenangan tapi terkadang ada titik dimana kita harus merelakan hal-hal itu demi kebaikan kita sendiri.

5. Kita tidak sepenting itu!

5 Hal yang Aku Pelajari di Usia Dua Lima

Banyak hal yang dari dulu ingin kulakukan tapi tak kunjung aku mulai karena terlalu memikirkan perkataan orang. Apa ya yang orang-orang pikirkan tentang aku kalau aku buat begini dan begitu. Pemikiran-pemikiran itulah yang akhirnya membuatku tidak kunjung berani mulai mengeksekusi hal-hal yang ingin aku lakukan.

Padahal faktanya, orang-orang tidak sebegitunya memperhatikan kita. Nyata, orang-orang terlalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Kita tak sepenting itu untuk terus-terusan jadi pusat perhatian. Ketika pertama kali nyobain sesuatu orang-orang mungkin akan kaget dan merasa aneh. Tapi setelahnya, mereka gak akan peduli lagi apa yang kita lakukan. 

Kesimpulan

Mengarungi usia 25 adalah perjalanan yang penuh dengan pelajaran hidup yang berharga dan inspiratif. Dari menemukan keahlian yang mendalam hingga mengelola waktu dan emosi dengan bijaksana, setiap pengalaman membentuk kita menjadi versi yang lebih baik dari diri kita sendiri. Semoga pembelajaran ini juga menginspirasi kamu untuk menjalani kehidupan dengan lebih berani, bijaksana, dan penuh makna di usia 25 dan seterusnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *